Selasa, 10 Januari 2012

Sakit Jantung Tak Harus Operasi

Anda mengidap penyakit jantung koroner? Tak perlu terlalu khawatir, karena penyakit penyumbatan pembuluh darah menuju jantung ini ternyata tak selalu mematikan.

Seiring perkembangan ilmu kedokteran yang pesat peneliti telah menemukan pengobatan penyakit jantung koroner tanpa harus menjalani operasi. Operasi pemasangan balon kateter (Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasty/PTCA), cincin (ring atau stent), maupun bypass kini menjadi pilihan terakhir bila kondisi penderita tergolong akut

"Operasi pemasangan kateter, ring, atau by pass jantung memang harus dilakukan pada penderita penyakit jantung koroner tidak stabil. Akan tetapi, pengobatan pada penderita jantung koroner stabil cukup dilakukan dengan terapi agresif," jelas Dr med Frans Santosa, MD di Jakarta belum lama ini.

Biaya operasi jantung itu sangat besar dan berisiko tinggi. Data asuransi di Amerika Serikat menunjukkan, penghematan biaya kesehatan mencapai US$ 5 miliar per tahun bila tidak dilakukan pemasangan kateter atau stent yang sebenarnya tidak diperlukan.

"Pemasangan kateter di Indonesia saat ini menguras kocek pasien, antara Rp 10 juta hingga Rp 20 juta. Sedangkan harga stentdi Indonesia sekitar US$ 3.000, dan tarif operasi by pass jantung Rp 50 juta," ungkap Frans.

Frans pun menawarkan rekomen-dasi pengobatan terkini penyakit jantung koroner tanpa operasi di Jakarta. Di tangan direktur PT Kardiologi Angiologi Indonesia itu, banyak penyakit jantung bisa diobati tanpa harus dioperasi.

Berbekal pendidikan dokter spesialis angiologi (.vascular medicine) dari Department of Angiology University Hospital Essen, Jerman, ia menemukan metode baru yang lebih efisien untuk pengobatan penyakit jantung koroner. Pasien tidak perlu lagi mengeluarkan biaya mahal yang bisa menghabiskan tabungan dan menguras dana asuransi kesehatan, untuk membayar operasi jantung.

Setelah diperiksa, pasien cukup mengonsumsi obat, baik melalui infus maupun diminum. "Penderita penyakit jantung koroner tidak harus dioperasi karena pengobatan dapat dilakukan dengan pembersihan pembuluh darah atau angiologi. Jika jantung koroner bisa diobati, mengapa harus dilakukan tindakan invasive balon kateter dan pemasangan cincin?" ucap Frans.

Ia menandaskan, operasi pemasangan balon kateter, pemasangan cincin, atau bypass (bedah pintas) pada angina pectoris stabil tidak menguntungkan pasien. Apalagi, terapi invasive tersebut sangat mahal.

"Selain jauh lebih murah, pengobatan dengan terapi konvensional menggunakan obat-obatan relatif tidak berisiko," tuturnya

Ia menjelaskan, pembuluh darah koroner merupakan pembuluh darah yang melingkar seperti karangan bunga. Pembuluh ini merupakan saluran yang vital untuk pemeliharaan otot jantung dan kelancaran suplai darah, yang membawa oksigen, elektrolit, vitamin, enzim, dan zat-zat penting lainnya.

Sedangkan penyakit jantung koroner terjadi jika ada penimbunan (phk) kolesterol pada dinding dalam pembuluh darah koroner tersebut Terapi pengobatan Dr med Frans Santosa dilakukan dengan membersihkan dan menggelontorkan plak dalam pembuluh darah. Dengan metode ini, kerak atau kotoran yang menyumbat akan bersih atau berkurang," ujar Ketua Komunitas Nobel Indonesia Dr Nurinwa Ki S Hendrowinoto.

Ia menjelaskan, Dr med Frans Santosa merupakan pelopor teknik pengobatan angiologi atau pembuluh darah di Indonesia. Jika kondisi pembuluh darah baik, darah akan mengalir dengan baik ke semua organ tubuh.

Selain melakukan praktik di bidang kedokteran, Frans Santosa menulis pengalamannya dalam bentuk buku berbahasa Jerman dan Inggris. Buku ini ditulis bersama para gurubesar pembimbing selama studi di Jerman.

Tiga Metode Pengobatan

Frans memaparkan, sebagian penderita penyakit jantung koroner tidak mengeluhkan apa-apa. Pada penderita yang mengeluhkan rasa

sakit, keluhan (angina pectoris) itu terbagi atas dua kategori, stabil dan tidak stabil.

Pasien dengan keluhan stabil tidak akan merasa sakit saat beraktivitas normal. Keluhan sakit dada muncul hanya saat penderita beraktivitas berlebihan, lalu berbulan-bulan kondisinya konstan. Sedangkan pasien dengan keluhan yang tidak stabil akan merasa sakit di dada dengan lokasi berubah-ubah. Rasa sakit tersebut bertambah berat dan sering intensitasnya meningkat, baik ketika beraktivitas sehari-hari maupun saat beristirahat Keluhan tidak stabil inilah yang sangat berbahaya.

Secara medis, pengobatan jantung koroner dapat dilakukan melalui tiga cara. Pertama, terapi konservatif melalui obat-obatan {conservative medical therapy). Kedua, pemasangan balon kateter dan cincin. Ketiga, operasi bypass (Coronary Artery Bypass Graft/CABG).

Menurut Frans, untuk penderita angina pectoris stabil cukupdilakukan terapi atau pengobatan yang konservatif. Saat terapi, pasien hanya perlu mengonsumsi obat-obatan, serta mengubah pola hidup dan makan.

Berdasarkan hasil studi COURAGE, BARI-2, MASS, dan RITA-2, terapi obat-obatan cukup optimal dan agresif dalam menurunkan tingkat penyakit Pengobatan ini setara dengan terapi invasive (FTCA, stent, atau bypass). Tindakan invasive pemasangan balon kateter dan stent tidak lebih menguntungkan dari terapi obat-obatan.

"Saya menyarankan penderita untuk menerapkan gaya hidup sehat, yakni 0 rokok atau nikotin serta berolahraga proporsional 30 menit per hari. Orang harus menjaga tekanan darah sistolis kurang dari 140 mmHg, kadar kolesterol total kurang dari 200 mg*, kadar kolesterol LDL kurang dari 70 mg%, dan body mass index (BMI) kurang dari 25," paparnya.

Namun, penderita anginapectoris tidak stabil (unstabile Af) atau pre-infark sebaiknya segera melakukan terapi. Secepatnya -sebelum empat jam - setelah serangan akut in/ark miokard, dokter mesti melakukan terapi invasive balon kateter dan pemasangan stent pada penderita. Tujuannya untuk menyingkirkan sumbatan pembuluh darah koroner dan mencegah pembuluh darah tersebut buntu kembali.

Selain itu. operasi bypass harus dilakukan secepatnya, dalam waktu kurang dari empat jam. Tindakan cepat harus dilakukan, mengingat intark miokard merupakan penyebab kematian paling banyak pada penderita penyakit jantung.

Diagnostik penyakit jantung koroner ini bisa dilakukan melalui lima cara, yaitu EKG, ecbocardiography, treadmill test, MSCT koroner jantung, dan coroner angiography (kateter jantung). Tentu saja, diagnostik penunjang di laboratorium sangat diperlukan, (yip)

Entitas terkait
Ringkasan Artikel Ini
Operasi pemasangan balon kateter (Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasty/PTCA), cincin (ring atau stent), maupun bypass kini menjadi pilihan terakhir bila kondisi penderita tergolong akut "Operasi pemasangan kateter, ring, atau by pass jantung memang harus dilakukan pada penderita penyakit jantung koroner tidak stabil. Akan tetapi, pengobatan pada penderita jantung koroner stabil cukup dilakukan dengan terapi agresif," jelas Dr med Frans Santosa, MD di Jakarta belum lama ini. "Penderita penyakit jantung koroner tidak harus dioperasi karena pengobatan dapat dilakukan dengan pembersihan pembuluh darah atau angiologi. Jika jantung koroner bisa diobati, mengapa harus dilakukan tindakan invasive balon kateter dan pemasangan cincin?" Pembuluh ini merupakan saluran yang vital untuk pemeliharaan otot jantung dan kelancaran suplai darah, yang membawa oksigen, elektrolit, vitamin, enzim, dan zat-zat penting lainnya. Sedangkan penyakit jantung koroner terjadi jika ada penimbunan (phk) kolesterol pada dinding dalam pembuluh darah koroner tersebut Terapi pengobatan Dr med Frans Santosa dilakukan dengan membersihkan dan menggelontorkan plak dalam pembuluh darah. Diagnostik penyakit jantung koroner ini bisa dilakukan melalui lima cara, yaitu EKG, ecbocardiography, treadmill test, MSCT koroner jantung, dan coroner angiography (kateter jantung).

1 komentar:

  1. Selamat pagi, kami tertarik degan artikel diatas, mohon bantuannya dimana alamat klinik untuk melakukan perobatan dgn cara diatas, Trims atas perhatiannya@Salam

    BalasHapus