Minggu, 29 Januari 2012

Teknik Shading pada Bentuk-Bentuk Wajah

Seperti pada artikel sebelum ini, wanita yang kurang beruntung dengan bentuk mukanya bisa diatasi dengan teknik shading dan tint. Berikut penerapan teknik make up dasar pada enam bentuk wajah. Oval, bulat, persegi, persegi panjang dan diamond.


Wajah oval

1. Aplikasikan alas bedak secara merata pada wajah dan leher.
2. Pulaskan tint di bagian bawah mata.
3. Bubuhkan bedak tabur kemudian pulas dengan two way cake secara merata pada wajah




Wajah bulat

1. Aplikasikan alas bedak merata pada wajah dan leher.
2. Pulaskan tint di bagian bawah mata dan dagu agar wajah berkesan panjang.
3. Sapukan shading di bagian samping dahi ke arah pipi dan rahang bawah.
4. Bubuhkan bedak tabur merata pada wajah dan akhiri dengan pulasan two way cake.



Wajah persegi

1. Aplikasikan alas bedak secara merata pada wajah dan leher.
2. Pulaskan tint di bagian mata.
3. Sapukan shading di bagian atas dan samping dahi dan bagian rahang yang menonjol.
4. Bubuhkan bedak tabur secara merata pada wajah, pulaskan two way cake sebagai akhirmake up dasar.



Wajah panjang

1. Berikan alas bedak dengan merata dari wajah sampai leher.
2. Pulaskan tint di bagian bawah mata, pipi depan telinga untuk memberi kesan lebih lebar.
3. Sapukan shading pada bagian dagu dan dahi batas rambut agar wajah terkesan lebih pendek.
4. Akhiri dengan bedak tabur dan two way cake yang juga merata pada wajah.


Wajah diamond

1. Beri alas bedak merata dari wajah sampai leher. Pulas tint di bagian bawah mata.
2. Sapukan shading di bagian rahang mulai dari bagian tengah telinga hingga sebatas tiga jari ke arah hidung sebatas tiga jari ke arah hidung membentuk lenkungan ke arah rahang.
3. Bubuhkan bedak tabur dan two way cake.

Sumber: Make up 10 Basic Personal Make up

Sumber: Dunia Wedding

Selasa, 10 Januari 2012

1. Pendahuluan.

Angina pectoris ialah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan dada yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan suatu aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya.

Angina (rasa nyeri) disebabkan oleh akumulasi metabolit di dalam otot bergaris. Angina pectoris merupakan rasa nyeri pada dada parah yang terjadi ketika aliran darah koroner tidak memadai untuk memasok oksigen yang dibutuhkan oleh jantung. Penyebab utama angina pectoris adalah suatu ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen jantung dengan jumlah oksigen yang dipasok ke jantung melalui pembuluh darah koroner. Gangguan keseimbangan ini dapat terjadi apabila suplai menurun (misalnya aterosklerosis atau spasme koroner) atau kebutuhan meningkat (misalnya kerja fisik).

Penanganan angina pectoris harus dilakukan dengan segera dan meliputi pemberian obat-obatan, menghilangkan factor predisposisi dan pencetus dan sebagainya.Tujuan pegobatan angina adalah mengembalikan aliran darah koroner fisiologis pada jaringan jantung iskemik dan/atau mengurangi kebutuhan oksigen otot jantung.

Pemberian obat antiangina bertujuan untuk (1) mengatasi atau mencegah serangan akut angina pectoris dan (2) pencegahan jangka panjang serangan angina. Tujuan inidapat dicapai dengan mengembalikan imbangan dan mencegah terjadinya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard, dengan cara meningkatkan suplai oksigen (meningkatkan aliran darah koroner) ke bagian miokard yang iskemik dan/atau mengurangi kebutuhan oksigen jantung (mengurangi kerja jantung).

2. Calcium channel blocker (CCB)

Calcium channel blocker atau sering disebut penyakat-kanal-kalsium adalah sekelompok obat yang bekerja dengan menghambat masuknya ion Ca²+ melewati slow channel yang terdapat pada membran sel (sarkolema). Berdasarkan struktur kimianya, CCB dapat dibedakan atas 5 golongan obat: (1) Dyhidropyridine (DHP) : Amilodipine, Felodipine, Isradipine, Nicardipine, Nifedipine, Nimodipine, Nisoldipine, Nitrendipine. (2) Dyphenilalkilamine : Verapamil dll (3) Benzotiazepin : Diltiazem dll, (4) Piperazine : Sinarizine dll, (5) lain-lain : Bepridil dll.

Beberapa tipe penyakat-kanal-kalsium adalah tipe L (tempat ditemukan: Otot,saraf), tipe T (tempat ditemukan : jantung, saraf), tipe N (tempat ditemukan : saraf), tipe P (tempat ditemukan saraf purkinje serebral).

Cara kerja kanal kalsium tipe L merupakan tipe yang dominan pada otot jantung dan otot polos dan diketahui terdiri dari beberapa reseptor obat. Telah dibuktikan bahwa ikatan nifedipine dan dyhidropyridine lainnya terdapat pada satu situs, sedangkan verapamil dan diltiazem diduga mengadakan ikatan pada reseptor yang berkaitan erat, tetapi tidak identik pada regio lainnya. Ikatan obat pada reseptor verapamil atau diltiazem juga mempengaruhi pengikatan dyhidropyridine. Region reseptor tersebut bersifat stereoselektif, karena terdapat perbedaan yang mencolok baik dalam afinitas pengikatan stereoisomer maupun potensi farmakologis pada enansiomer verapamil, diltiazem dan kongener nifedipin yang secara optis aktif.

Penyakatan oleh obat tersebut menyerupai penyakatan pada kanal natrium oleh anastetika local : obat tersebut bereaksi dari sisi dalam membrane dan mengikat lebih efektif pada kanal di dalam membrane yang terdepolarisasi. Pengikatan obat tersebut diduga mengubah cara kerja kanal, dari terjadinya pembukaan secara konsisten setelah depolarisasi, ke cara lain yang jarang terjadi pembukaan tersebut. Hasilnya adalah penurunan mencolok pada arus kalsium transmembran yang dihubungkan dengan relaksasi otot polos yang berlangsung lama dan di dalam otot jantung dengan penurunan kontraktilitas di seluruh jantung dan penurunan kecepatan pacemaker pada nodus sinus dan penurunan kecepatan konduksi pada nodus atrioventrikuler. Respons otot polos terhadap aliran masuk kalsium melalui kanal kalsium yang dioperasikan reseptor juga menurun pada penggunaan obat tersebut, tetapi tidak begitu mencolok. Penyekatan tersebut berubah secara parsial dengan peningkatan konsentrasi kalsium,meskipun kadar kalsium yang diperlukan tidak dapat diperoleh dengan mudah. Penyakatan juga dapat berubah secara parsial dengan penggunaan obat yang dapat meningkatkan aliran kalsium transmembran, seperti simpatomimetika.

Tipe kanal kalsium lainnya kurang sensitive terhadap penyakatan oleh penyakatan kanal kalsium. Oleh karena itu, jaringan dengan tipe kanal tersebut memainkan peran utama- neuron dan sebagian besar kelenjar sekresi-kurang dipengaruhi oleh obat tersebut dibandingkan dengan otot jantung dan otot polos.

3. Preparat yang tersedia

a) Amilodipine

Nama Generik: Amlodipine tablet 5mg, 10mg.

Nama Dagang: Tensivask® (Dexa Medica) tablet 5mg; 10mg, Norvask® (Pfizer) tablet 5mg, 10mg.

Indikasi: Hipertensi, Angina.

Kontraindikasi: Hipersensitivitas terhadap dyhidropiridine.

Efek samping: sakit kepala, udema, letih, somnolensi, mual, nyeri perut, kulit memerah, palpitasi, pening.

Peringatan: ganguan fungsi ginjal dan hati, kehamilan dan menyusui, anak-anak dan orang tua.

Dosis dan aturan pakai: 1x sehari 1 tablet 5mg atau 10mg; Angina dosis awal 1x sehari 2,5mg, dosis maksimum 1x sehari 10mg.

Bentuk sediaan obat : Tablet.

b) Diltiazem

Nama Generik: Diltiazem tablet 30mg, 60mg.

Nama Dagang: Carditen® (Dankos) tablet 30mg; 60mg, Delbres® (Harsen) tablet 30mg, 60mg, Dilmen® (Sanbe Farma, A. Menarini) tablet 60mg, Diltan® (Harsen) tablet 60mg, 90mg/kapsul SR, Farmabes® (Fahrenheit) tablet 30mg, Herbesser®/ Herbesser 60®/ Herbesser 90 SR®/ Herbesser 180 SR®/ Herbesser CD 100® / Herbesser CD200® (Tanabe Indonesia) tablet 30mg, 60mg, Herbesser injection® (Tanabe Indonesia), Racordil® (Rama Farma) 30mg; 60mg/tablet.

Indikasi: Hipertensi, Angina pectoris.

Kontraindikasi: gagal ginjal parah, wanita hamil,hipersensitivitas, hipotensi, bradikardia, Sick Siannus Syndrome, A-V Blok

Efek samping: -

Peringatan: -

Dosis dan aturan pakai: Angina Pectoris 3x sehari 1 tablet 30mg, Herbesser 3x sehari 1 tablet dapat ditingkatkan menjadi 60mg (3x sehari 1 tablet) Herbesser 90 SR : 2x sehari 1 kapsul; Herbesser 180 SR : 1x sehari 1 kapsul; Herbesser CD: Hipertensi esensial ringan sampai sedang : 100-200 sekali sehari; angina pectoris,angina pectoris tipe varian : 100mg sekali sehari, Herbesser injection dewasa bolus injeksi iv 10mg selama 1-3menit, kemudian dilanjutkan dengan drop infuse iv; takiaritmia dan angina tidak stabil: 1-5mcg/kgBB permenit; 5-15 mcg/kgBB permenit.

Bentuk sediaan obat : Tablet dan Injeksi.

c) Felodipine

Nama Generik: Felodipine tablet 2,5mg, 5mg, 10mg.

Nama Dagang: Nirmadil® (Fahrenheit) tablet 5mg, Plendil® (AstraZeneca) tablet 2,5mg, 5mg, 10mg.

Indikasi: Hipertensi, Angina pectoris.

Kontraindikasi: Wanita menyusui, kehamilan termasuk tahap dini.

Efek samping: -

Peringatan: -

Dosis dan aturan pakai: 1x sehari 1 tablet, dosis awal mulai 2,5mg selanjutnya 5-10mg.

Bentuk sediaan obat : Tablet.

d) Nifedipine

Nama Generik: Nifedipine tablet 5mg, 10mg.

Nama Dagang: Adalat® (Bayer) tablet 5mg; 10mg, Adalat Oros® (Bayer) tablet 20mg, 30mg, 60mg, Adalat Retard® (Bayer) tablet 20mg, Calcianta® (Armoxindo) tablet 5mg, 10mg, Carvas® (Meprofarm) tablet 10mg, Cordalat® (kimia farma) tablet 10mg, Coronipin® (Dexa Medica, Leiras) tablet 10mg, Farmalat® (Fahrenheit) tablet 5mg, 10mg, Fedipin® (Medikon) tablet 10mg, Infacard® (Indofarma) tablet 10mg, Kemolat® (Phyto Kemo Agung) tablet 10mg, Nifecard® (Armoxindo) tablet 10mg, 20mg/tablet retard, Nifedin® (Sanbe Farma) tablet 10mg, Niprocor® (Yekatria farma) tablet 10mg, Vasdalat® (Kalbe Farma) tablet 5mg; 10mg, Vasoner® (Harsen) tablet 10mg, Xepalat® (Metiska Farma) tablet 5mg; 10mg, Zendalat® (Zenith) tablet 5mg; 10mg.

Indikasi: terapi dan propilaksi gangguan koroner, terutama angina pectoris, hipertensi, insufisiensi koroner kronik

Kontraindikasi: wanita hamil dan menyusui, syok kardiogenik, hipersensitivitas,

Efek samping: ringan dan hanya sementara, rasa panas, rasa berat kepala, mual dan pusing, udem subcutan, hipotensi dan palpitasi.

Peringatan: dapat meningkatkan aktivitas sediaan yang menurunkan tekanan darah dan penghambat beta reseptor.

Dosis dan aturan pakai: diberi dosis tunggal atau 3x sehari 5mg-10mg sebelum makan; Angina dosis awal 1x sehari 2,5mg, dosis maksimum 1x sehari 10mg.

Bentuk sediaan obat : Tablet.

e) Nimodipine

Nama Generik: Nimodipine tablet 30mg.

Nama Dagang: Nimotop® (Bayer) tablet 30mg; 10mg/50ml botol infuse.

Indikasi: Antagonis kalsium diindikasikan untuk terapi defisit neurologik iskemik pada pendarahan subaraknoid traumatik dan spontan.

Kontraindikasi: -

Efek samping: -

Peringatan: -

Dosis dan aturan pakai: 6x sehari1-2 tablet selama 21 hari atau infuse 2,5 ml perjam selama 5-7 hari lalu dilanjutkan tablet 6x sehari sampai hari ke-21infus: 0,5mg (2,5ml larutan infuse) per jam selama 2 jam bila toleransi baik, dosis ditingkatkan menjadi 1mg (5ml larutan infuse) per jam

Bentuk sediaan obat : Tablet dan Infus.

f) Verapamil

Nama Generik: Verapamil tablet 80mg.

Nama Dagang: Cardiover® (Landson) tablet 80mg, Isoptin/ Isoptin SR® (Tunggal IA, Knoll) tablet 80mg, 240mg/kaplet.

Indikasi: Angina pectoris

Kontraindikasi: hipotensi atau syok kardiogenik, gangguan konduksi(AV blok tingkat 2 dan 3, SA blok), sick sinus syndrome, penderita dengan atrialflutter atau fibrasi atrial dan accessory by pass tract, misalnya wolf Parkinson.

Efek samping: ortostastik hipotensi, musl, konstipasi, sakit kepala, gelisah.

Peringatan: -

Dosis dan aturan pakai: dewasa 3x sehari 1 tablet ½ jam sebelum makan

Bentuk sediaan obat : Tablet.

Sakit Jantung Tak Harus Operasi

Anda mengidap penyakit jantung koroner? Tak perlu terlalu khawatir, karena penyakit penyumbatan pembuluh darah menuju jantung ini ternyata tak selalu mematikan.

Seiring perkembangan ilmu kedokteran yang pesat peneliti telah menemukan pengobatan penyakit jantung koroner tanpa harus menjalani operasi. Operasi pemasangan balon kateter (Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasty/PTCA), cincin (ring atau stent), maupun bypass kini menjadi pilihan terakhir bila kondisi penderita tergolong akut

"Operasi pemasangan kateter, ring, atau by pass jantung memang harus dilakukan pada penderita penyakit jantung koroner tidak stabil. Akan tetapi, pengobatan pada penderita jantung koroner stabil cukup dilakukan dengan terapi agresif," jelas Dr med Frans Santosa, MD di Jakarta belum lama ini.

Biaya operasi jantung itu sangat besar dan berisiko tinggi. Data asuransi di Amerika Serikat menunjukkan, penghematan biaya kesehatan mencapai US$ 5 miliar per tahun bila tidak dilakukan pemasangan kateter atau stent yang sebenarnya tidak diperlukan.

"Pemasangan kateter di Indonesia saat ini menguras kocek pasien, antara Rp 10 juta hingga Rp 20 juta. Sedangkan harga stentdi Indonesia sekitar US$ 3.000, dan tarif operasi by pass jantung Rp 50 juta," ungkap Frans.

Frans pun menawarkan rekomen-dasi pengobatan terkini penyakit jantung koroner tanpa operasi di Jakarta. Di tangan direktur PT Kardiologi Angiologi Indonesia itu, banyak penyakit jantung bisa diobati tanpa harus dioperasi.

Berbekal pendidikan dokter spesialis angiologi (.vascular medicine) dari Department of Angiology University Hospital Essen, Jerman, ia menemukan metode baru yang lebih efisien untuk pengobatan penyakit jantung koroner. Pasien tidak perlu lagi mengeluarkan biaya mahal yang bisa menghabiskan tabungan dan menguras dana asuransi kesehatan, untuk membayar operasi jantung.

Setelah diperiksa, pasien cukup mengonsumsi obat, baik melalui infus maupun diminum. "Penderita penyakit jantung koroner tidak harus dioperasi karena pengobatan dapat dilakukan dengan pembersihan pembuluh darah atau angiologi. Jika jantung koroner bisa diobati, mengapa harus dilakukan tindakan invasive balon kateter dan pemasangan cincin?" ucap Frans.

Ia menandaskan, operasi pemasangan balon kateter, pemasangan cincin, atau bypass (bedah pintas) pada angina pectoris stabil tidak menguntungkan pasien. Apalagi, terapi invasive tersebut sangat mahal.

"Selain jauh lebih murah, pengobatan dengan terapi konvensional menggunakan obat-obatan relatif tidak berisiko," tuturnya

Ia menjelaskan, pembuluh darah koroner merupakan pembuluh darah yang melingkar seperti karangan bunga. Pembuluh ini merupakan saluran yang vital untuk pemeliharaan otot jantung dan kelancaran suplai darah, yang membawa oksigen, elektrolit, vitamin, enzim, dan zat-zat penting lainnya.

Sedangkan penyakit jantung koroner terjadi jika ada penimbunan (phk) kolesterol pada dinding dalam pembuluh darah koroner tersebut Terapi pengobatan Dr med Frans Santosa dilakukan dengan membersihkan dan menggelontorkan plak dalam pembuluh darah. Dengan metode ini, kerak atau kotoran yang menyumbat akan bersih atau berkurang," ujar Ketua Komunitas Nobel Indonesia Dr Nurinwa Ki S Hendrowinoto.

Ia menjelaskan, Dr med Frans Santosa merupakan pelopor teknik pengobatan angiologi atau pembuluh darah di Indonesia. Jika kondisi pembuluh darah baik, darah akan mengalir dengan baik ke semua organ tubuh.

Selain melakukan praktik di bidang kedokteran, Frans Santosa menulis pengalamannya dalam bentuk buku berbahasa Jerman dan Inggris. Buku ini ditulis bersama para gurubesar pembimbing selama studi di Jerman.

Tiga Metode Pengobatan

Frans memaparkan, sebagian penderita penyakit jantung koroner tidak mengeluhkan apa-apa. Pada penderita yang mengeluhkan rasa

sakit, keluhan (angina pectoris) itu terbagi atas dua kategori, stabil dan tidak stabil.

Pasien dengan keluhan stabil tidak akan merasa sakit saat beraktivitas normal. Keluhan sakit dada muncul hanya saat penderita beraktivitas berlebihan, lalu berbulan-bulan kondisinya konstan. Sedangkan pasien dengan keluhan yang tidak stabil akan merasa sakit di dada dengan lokasi berubah-ubah. Rasa sakit tersebut bertambah berat dan sering intensitasnya meningkat, baik ketika beraktivitas sehari-hari maupun saat beristirahat Keluhan tidak stabil inilah yang sangat berbahaya.

Secara medis, pengobatan jantung koroner dapat dilakukan melalui tiga cara. Pertama, terapi konservatif melalui obat-obatan {conservative medical therapy). Kedua, pemasangan balon kateter dan cincin. Ketiga, operasi bypass (Coronary Artery Bypass Graft/CABG).

Menurut Frans, untuk penderita angina pectoris stabil cukupdilakukan terapi atau pengobatan yang konservatif. Saat terapi, pasien hanya perlu mengonsumsi obat-obatan, serta mengubah pola hidup dan makan.

Berdasarkan hasil studi COURAGE, BARI-2, MASS, dan RITA-2, terapi obat-obatan cukup optimal dan agresif dalam menurunkan tingkat penyakit Pengobatan ini setara dengan terapi invasive (FTCA, stent, atau bypass). Tindakan invasive pemasangan balon kateter dan stent tidak lebih menguntungkan dari terapi obat-obatan.

"Saya menyarankan penderita untuk menerapkan gaya hidup sehat, yakni 0 rokok atau nikotin serta berolahraga proporsional 30 menit per hari. Orang harus menjaga tekanan darah sistolis kurang dari 140 mmHg, kadar kolesterol total kurang dari 200 mg*, kadar kolesterol LDL kurang dari 70 mg%, dan body mass index (BMI) kurang dari 25," paparnya.

Namun, penderita anginapectoris tidak stabil (unstabile Af) atau pre-infark sebaiknya segera melakukan terapi. Secepatnya -sebelum empat jam - setelah serangan akut in/ark miokard, dokter mesti melakukan terapi invasive balon kateter dan pemasangan stent pada penderita. Tujuannya untuk menyingkirkan sumbatan pembuluh darah koroner dan mencegah pembuluh darah tersebut buntu kembali.

Selain itu. operasi bypass harus dilakukan secepatnya, dalam waktu kurang dari empat jam. Tindakan cepat harus dilakukan, mengingat intark miokard merupakan penyebab kematian paling banyak pada penderita penyakit jantung.

Diagnostik penyakit jantung koroner ini bisa dilakukan melalui lima cara, yaitu EKG, ecbocardiography, treadmill test, MSCT koroner jantung, dan coroner angiography (kateter jantung). Tentu saja, diagnostik penunjang di laboratorium sangat diperlukan, (yip)

Entitas terkait
Ringkasan Artikel Ini
Operasi pemasangan balon kateter (Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasty/PTCA), cincin (ring atau stent), maupun bypass kini menjadi pilihan terakhir bila kondisi penderita tergolong akut "Operasi pemasangan kateter, ring, atau by pass jantung memang harus dilakukan pada penderita penyakit jantung koroner tidak stabil. Akan tetapi, pengobatan pada penderita jantung koroner stabil cukup dilakukan dengan terapi agresif," jelas Dr med Frans Santosa, MD di Jakarta belum lama ini. "Penderita penyakit jantung koroner tidak harus dioperasi karena pengobatan dapat dilakukan dengan pembersihan pembuluh darah atau angiologi. Jika jantung koroner bisa diobati, mengapa harus dilakukan tindakan invasive balon kateter dan pemasangan cincin?" Pembuluh ini merupakan saluran yang vital untuk pemeliharaan otot jantung dan kelancaran suplai darah, yang membawa oksigen, elektrolit, vitamin, enzim, dan zat-zat penting lainnya. Sedangkan penyakit jantung koroner terjadi jika ada penimbunan (phk) kolesterol pada dinding dalam pembuluh darah koroner tersebut Terapi pengobatan Dr med Frans Santosa dilakukan dengan membersihkan dan menggelontorkan plak dalam pembuluh darah. Diagnostik penyakit jantung koroner ini bisa dilakukan melalui lima cara, yaitu EKG, ecbocardiography, treadmill test, MSCT koroner jantung, dan coroner angiography (kateter jantung).

Penanganan Angina Pectoris

PENANGANAN

Penanganan angina meliputi perubahan gaya hidup, obat-obatan, prosedur khusus, dan rehabilitasi jantung. Tujuan utama dari penanganan Angina meliputi:
• Menurunkan frekuensi dan keparahan gejala yang timbul
• Mencegah atau menurunkan resiko AMI dan kematian.
Perubahan gaya hidup dan obat-obatan dibutuhkan atau bisa digunakan jika gejala yang timbul bersifat ringan dan tidak memburuk. Angina Unstable merupakan kondisi kegawatan yang membutuhkan penanganan di rumah sakit.
a. Perubahan Gaya Hidup.
Hal pertama yang harus dilakukan untuk merubah kebiasaan hidup adalah menghindari hal-hal yang memicu angina:
• Lakukan aktivitas secara pelan-pelan (tidak terburu-buru) dan ambil waktu istirahat, jangan memaksakan diri jika angina dipicu oleh aktivitas.
• Hindari makanan berlebihan sampai membuat kenyang, jika angina datang setelah makanan banyak.
• Mencoba untuk menghindari situasi yang mambuat jengkel, sedih, atau stress, jika angina dating karena stress, pelajari teknik manajemen stress.
Selain itu gaya hidup yang perlu diubah antara lain:
• Makan dengan diet sehat untuk mencegah dan menurunkan hipertensi, kolesterol, dan obesitas.
• Hindari rokok.
• Aktive dalan kegiatan fisik, sesuai dengan petunjuk dokter.
• Jaga berat badan dalam rentang ideal. Hindari obesitas.
• Ikuti petunjuk dokter dalam pemakaian obat-obatan, terutama jika mengidap diabetes.
b. Obat-Obatan.
Nitrates merupakan obat yang paling umum digunakan untuk mengatasi angina. Segera pakai nitrat jika terjadi angina atau diperkirakan bakal terjadi. Nitrat akan merelaksasikan dan melebarkan pembuluh darah, sehingga aliran darah lebih mudah dan mengurangi beban kerja jantung.
Terdapat beberapa bentuk penggunaan nitrate diantaranya:
• Menghilangkan gejala angina yang terjadi dengan menggunakannya saat nyeri dimulai
• Mencegah kejadian angina dengan menggunakannya sebelum nyeri atau rasa tidak nyaman yang telah diperkirakan terjadi.
• Mengurangi frekuensi angina dengan menggunakannyaa secara teratur dalam waktu tertentu.
Nitroglycerin adalah jenis nitrate yang paling umum digunakan pada angina. Nitroglycerin yang terlarut dbawah lidah atau diantara pipi dan gusi digunakan untuk menghilangkan angina. Nitroglycerin dalam bentuk tablet dan skin patches (kaya koyo) digunakan untuk mencegah serangan angina, karena aksinya terlalu lambat untuk menghilangkan nyeri saat terjadi serangan angina..
Jenis obat-obatan yang lain:
• Beta blockers memperlambat kecepatan denyut jantung dan menurunkan tekanana darah. Obat jens ini dapat menunda atau menurunkan tekanan darah.
• Calcium channel blockers merelaksasikan pembuluh darah sehingga lebih banyak darah yang mengalir ke jantung, mwnurunkan nyeri pada angina. Obat ini juga bisa menurunkan tekanan darah..
• ACE (angiotensin-converting enzyme) inhibitors menurunkan tekanan darah dan mengurangi ketegangan pada jantung. Selain itu bisa menurunkan resiko serangan dan kegagalan jantung dimasa dating.
Selain itu orang yang telah mengidap angina maka bisa menggunakan obat-obatan sebagai berikut:
• Obat-obatan penurun kolesterol
• Obatan-obatan penurun tekanan darah. .
• Obat-obatan Antiplatelet oral (missal aspirin dan clopidigrel) diminum tiap hari, untuk menghentikan pembekuan darah oleh aktivitas platelet. Platelet merupakan sel darah kecil yang bersirkulasi untuk membantu menghentikan perdarahan dengan menggabungkan diri satu sama lain untuk menutup luka kecil atau pembuluh darah kecil. Obat antiplatelet mungkin tidak cocok untuk orang yang memiliki resiko perdarahan..
• Glycoprotein IIb-IIIa inhibitors merupakan antiplatelet poten yang mencegah bekuan dari arteri. Diberikan secara intra vena di RS untuk mengobati angina selama dan seteleh angioplasty.
• Anticoagulants untuk mencegah bekuan yang terbentuk dalam arteri dan memendung aliran darah..

Angina Pectoris



Pemeriksaan Khusus pada angina

Pemeriksaan darah rutin, kadar glukosa, lipid dan EKG waktu istirahat perlu dilakukan. Hasilnya meungkin saja normal walaupun ada penyakit jantung koroner yang berat. EKG bisa didapatkan gambaran iskemik dengan infark miokard lama atau depresi ST dan T yang terbalik pada penyakit yang lanjut.
Test exercise selanjutnya perlu dipertimbangkan dengan indikasi sebagai berikut:
- Untuk menyokong diagnosa angina yang dirangsang akibat nyeri dengan perubahan iskemik pada EKG
- Untuk menilai penderita dengan resiko tinggi serta prognosa penyakit
- Untuk menilai kapasitas fungsional dan menentukan kemampuan exercise
- Untuk evaluasi nyeri dada yang atipik

Jenis test exercise bermacam-macam antara lain test treadmill, protokol Bruce, test Master dan Sepeda ergometri. Test exercise tidak perlu dilakukan untuk diagnostik pada wanita dengan nyeri dada non anginal karena kemungkinan penyakit jantung koroner sangat rendah, sedangkan pada laki-laki dengan angina tipikal perlu dilakukan untuk menentukan penderita dengan resiko tinggi dimana sebaliknya perlu dibuat arteriografi koroner. Penderita dengan angina atau perubahan iskemik dalam EKG pada tingkat exercise yang rendah biasanya penderita yang mencapai beban kamsimum yang rendah biasanya menderita kelainan pembuluh darah yang multipel dan bermanfaat bila dilakukan bedah koroner. Bila tekanan darah turun waktu exercise perlu dicurigai adanya obstruksi pada pembuluh darah utama kiri yang juga merupakan indikasi untuk pembedahan. Penderita dengan angina atipikal terutama wanita sering memberi hasil false positif yang tinggi. Sedangkan hasil test yang negatif pada angina atipikal dan non-angina besar kemungkinannya tidak ada kelainan koroner. Bila hasil exercise test meragukan perlu dilakukan pemeriksaan radionuklir karena jarang sekali didapatkan hasil false positif. Thallium scintigrafi menggambarkan perfusi miokard saat istirahat maupun exercise ataupun gangguan fungsi ventrikel kiri yang timbul akibt exercise.
Pemeriksaan arteriografi koroner sangat akurat untuk menentukan luas dan beratnya penyakit jantung koroner. Angiografi koroner dilakukan dengan keteterisasi arterial di bawah anastesi lokal, biasanya pada a. femoralis atau pad a. rakialis. Kateter dimaksudkan di bawah kontrol radiologis ke ventrikel kiri dan a. koronaria kiri dan kanan, kemudian dimasukkan kontras media. Lesi yang sering tampak pada angiogram koroner adalah stenosis atau oklusi oleh ateroma yang bervariasi derajat luas dan beratnya.

Tidak semua penderita angina harus dilakukan test exercise dan angiografi koroner. Indikasi penderita angina yang harus dikirim ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut adalah sebagai berikut:
- angina yang menyebabkan terbatasnya aktifitas walaupun dengan pemakaian obat-obatan.
- Angina progresif dan tak stabil
- Angina baru yang timbul terutama bila tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
- Angina dengan kapasitas exercise yang buruk dibandingan dengan penderita pada umur dan jenis kelamin yang sama.
- Angina dengan gagal jantung
- Angina atipikal pada laki-laki dan wanita di atas 40 tahun.
- Angina post-infark
- Nyeri dada non-anginal yang menetapkan dan tidak dapat didiagnosa pada penderita usia tua terutama bila ada risiko yang multipel
- Keadaan lainnya seperti keadaan non-kardial yang serius dan umur tua.

Pengobatan

a. Memperbaiki faktor risiko

Walaupun masih diperdebatkan ternyata menurunkan kolesterol darah dalam jangka lama dapat mengurangi progresifitas penyakit. Pencegahan primer dengan diet ternyata bermanfaat, bila tidak ada respons dapat diberikan obat-obatan anti lipid. Exercise dapat menurunkan kolesterol LDL. Pngobatan hipertensi juga dapat mengurangi progresifits penyakit, demikian juga merokok perlu dilarang.

b. Pemberian obat-obatan

1. Nitrat
Nitrat meningkatkan pemberian D2 miokard dengan dialatasi arteri epikardial tanpa mempengaruhi, resistensi arteriol arteri intramiokard. Dilatasi terjadi pada arteri yang normal maupun yang abnormal juga pada pembuluh darah kolateral sehingga memperbaiki aliran darah pada daerah isomik. Toleransi sering timbul pada pemberian oral atau bentuk lain dari nitrat long-acting termasuk pemberian topikal atau transdermal. Toleransi adalah suatu keadaan yang memerlukan peningkatan dosis nitrat untuk merangsang efek hemodinamik atau anti-angina. Nitrat yang short-acting seperti gliseril trinitrat kemampuannya terbatas dan harus dipergunakan lebih sering. Sublingual dan jenis semprot oral reaksinya lebih cepat sedangkan jenis buccal mencegah angina lebih dari 5 am tanpa timbul toleransi.

2. Beta- Bloker
Beta –Bloker tetap merupakan pengobatan utama karena pada sebagian besar penderita akan mengurangi keluhan angina. Kerjanya mengurangi denyut jantung, kontasi miokard, tekanan arterial dan pemakaian O2. Beta Bloker lebih jarang dipilih diantara jenis obat lain walaupun dosis pemberian hanya sekali sehari. Efek samping jarang ditemukan akan tetapi tidak boleh diberikan pada penderita dengan riwayat bronkospasme, bradikardi dan gagal jantung.

3. Ca-antagonis
Kerjanya mengurangi beban jantung dan menghilangkan spasma koroner, Nifedipin dapat mengurangi frekuensi serangan anti-angina, memperkuat efek nitrat oral dan memperbaiki toleransi exercise. Merupakan pilihan obat tambahan yang bermanfaat terutama bila dikombinasi dengan beta-bloker sangat efektif karena dapat mengurangi efek samping beta bloker. Efek anti angina lebih baik pada pemberian nifedipin ditambah dengan separuh dosis beta-bloker daripada pemberian beta-bloker saja.
Jadi pada permulaan pengobatan angina dapat diberikan beta-bloker di samping sublingual gliseril trinitrat dan baru pada tingkat lanjut dapat ditambahkan nifedi-pin. Atau kemungkinan lain sebagai pengganti beta-bloker dapat diberi dilti azem suatu jenis ca-antagonis yang tidak merangsang tahikardi. Bila dengan pengobatan ini masih ada keluhan angina maka penderita harus direncanakan untuk terapi bedah koroner. Pengobatan pada angina tidak stabil prinsipnya sama tetapi penderita harus dirawat di rumah sakit. Biasanya keluhan akan berkurang bila ca-antagonis ditambah pada beta-bloker akan tetapi dosis harus disesuaikan untuk mencegah hipertensi. Sebagian penderita sengan pengobatan ini akan stabil tetapi bila keluhan menetap perlu dilakukan test exercise dan arteriografi koroner. Sebagian penderita lainnya dengan risiko tinggi harus diberi nitrat i.v dan nifedipin harus dihentikan bila tekanan darah turun. Biasanya kelompok ini harus segera dilakukan arteriografi koroner untuk kemudian dilakukan bedah pintas koroner atau angioplasti.

4. Antipletelet dan antikoagulan
Segi lain dari pengobatan angina adalah pemberian antipletelet dan antikoagulan. Cairns dkk 1985 melakukan penelitian terhadap penderita angina tak stabil selama lebih dari 2 tahun, ternyata aspirin dapat menurunkan mortalitas dan insidens infark miokard yang tidak fatal pada penderita angina tidak stabil. Pemberian heparin i.v juga efeknya sama dan sering diberikan daripada aspirin untuk jangka pendek dengan tujuan menstabilkan keadaan penderita sebelum arteriografi. Terdapat obat-obatan pada angina pektoris tak stabil secara praktis dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Heparin i.v dan aspirin dapat dianjurkan sebagai pengobatan rutin selama fase akut maupun sesudahnya
- Pada penderita yang keadaannya cenderung tidak stabil dan belum mendapat pengobatan, beta-bloker merupakan pilihan utama bila tidak ada kontra indikasi. Tidak ada pemberian kombinasi beta-bloker dengan ca-antagonis diberikan sekaligus pada permulaan pengobatan.
- Pada penderita yang tetap tidak stabil dengan pemberian beta-bloker dapat ditambah dengan nifedipin.
- Pengobatan tunggal dengan nifedipin tidak dianjurkan.

c. Bedah pintas koroner (Coronary Artery Bypass Graft Surgery)

Walupun pengobatan dengan obat-obatan terbaru untuk pengobatan angina dapat memeperpanjang masa hidup penderita, keadaan tersebut belum dapat dibuktikan pada kelompok penderita tertentu terutama dengan penyakit koroner proksimal
yang berat dan gangguan fungsi ventrikel kiri dengan risiko kerusakan mikardium yang luas (Rahimtoola 1985).
Pembedahan lebih bagus hasilnya dalam memperbaiki gejala dan kapasitas exercise pada angina sedang sampai berat. Perbaikan gejala angina didapatkan pada 90% penderita selama 1 tahun pertama dengan kekambuhan setelah itu 6% pertahun. Kekambuhan yang lebih cepat biasanya disertai dengan penutupan graft akibat kesulitan teknis saat operasi sedangkan penutupan yang lebih lama terjadi setelah 5 – 12 tahun sering karena adanya graft ateroma yang kembali timbul akibat pengaruh peninggian kolesterol dan diabetes.
Penelitian selama 10 tahun mendapatkan kira-kira 60% graft vena tetap baik dibandingkan dengan 88% graft a. mamaria interna. Mortalitas pembedahan tidak lebih dari 2% akibat risiko yang besar pada penderita angina tak stabil dengan fungsi ventrikel kiri yang buruk. Resiko meninggi pada umur lebih dari 65 tahun akibat penyakit yang lebih berat terutama pada kerusakan ventrikel kiri walaupun memberikan respons yang baik dengan graft dan sekarangpun pembedahan biasa dilakukan pada penderita umur 20 tahun. Morbiditas pembedahan juga tidak sedikit yaitu sering didapatkan perubahan neuropsikiatrik sementara dan insidens stroke 5%. Akan tetapi kebanyakan penderita lambat laun akan kembali seperti semula.

d. Ercutaneous transluminal Coronary Angioplasaty (PTCA)

Pada bebrapa negara 30% penderita dilakukan dilatasi stenosis koroner dengan balon. Mula-mula indikasinya terbatas pada lesi koroner yang tunggal akan tetapi sekarang juga dilakukan pada penyakit pembuluh darah multipel. Tekhnik ini dilakukan dengan anestesi lokal dan biasanya perawatan di rumah sakit tidak lebih dari 3 hari. Risiko oklusi pembuluh darah dan infark miokard didapatkan 5%. 25% stenosis kembali dalam waktu 6 bulan dan perlu diulang kembali, sedangkan 75% berhasil untuk waktu yang lama. Pemilihan penderita yang tepat untuk dilakukan PTCA memberi hasil yang aman dan sangat efektif untuk memperbaiki angina stabil dan angina tak stabil walaupun belum ada percobaan kontrol yang membandingkan dengan bedah koroner.