Rabu, 28 September 2011

CINTA BUKAN EGOISMU

Saat ini tubuhku pucat diam dalam ketidak sadaran. Aku saat ini bebas. Bebas melakukan apa saja termasuk menembus tembok rumah sakit.Yap alam bawah sadarku meninggalkan ragaku yang terbaring kaku. Aku koma.Ada beberapa hal yang membuatku bahagia dengan keadaanku saat ini. Aku bisa melihat ayah dan bundaku akur lagi. Padahal mereka nyaris bercerai dan bertengkar adalah sarapan kami sehari-hari. Ditambah lagi aku semakin merasakan kasih sayang Dimas karena dia nggak ninggalin aku disaat aku sekarat.Tapi yang membuatku sangat sedih,walau aku bisa menembus apapun aku nggak bisa kembali ke ragaku.Hanya itu yangku inginkan saat ini Aku ingin pulang ke duniaku.Ingin mendengarkan ceramah ayah dan bunda,pergi lagi bersama Dimas dan teman-teman,menghirup udara pagi dan yang utama melihat dan mensyukuri semua yang telah dipinjamkan Tuhan padaku. . . . .

Hari itu hujan gerimis aku baru pulang jalan-jalan dengan Dimas kekasihku. Sejak saat aku memilih Dimas dari pada Jeffry cinta yang tak akan bisa aku raih karena ia lebih memilih Nila. Nila adalah teman masa kecilku. Dari pada aku harus menghancurkan pertemanan kami. Aku diam dan nggak jadi cerita tentang perasaanku ke Jeffry pada Nila. Aku Harus mengalah total setelah tahu bahwa mereka saling suka. Ditambah lagi mereka segera mengambil keputusan untuk segaera jadian. Plusnya lagi Nila semakin gencar nyomblangin aku sama seorang cowok yang belum aku kenal. Aku nggak tahu gimana asalnya dia kenal tuh anak dan nyomblangin aku sama dia. Saat aku tersadar aku terkejut Nila sudah berbincang akrab sekali dengan seorang laki-laki. Yang katanya namanya Dimas. Aku pergi meninggalkannya. Saat Nila menyadari aku pergi ia mengejarku dan yang terpikir saat itu “kenapa Nila menghancurkan kepercayaan ku untuk mencintai Jeffry. Kenapa ia harus selingkuh disaat aku tahu dan melihatnya sendiri. Saat ia berhasil menyusulku,aku hanya diam. Aku kecewa padanya.

Aku terkejut sekali saat masuk kelas,lagi-lagi Nila melakukannya. Ia menemui anak itu dan aku semakin kecewa. Aku nggak lagi satu bangku dengannya. Aku muak melihat wajahnya Kenapa aku harus aku berikan Jeffry kepadanya. Padahal ia sama sekali tidak menghargai kepercayaan Jeffry kepadanya.Ia sudah menyakiti tiga orang yang mungkin disayanginya. Aku,Jeffry,dan Dimas. Setelah meletakkan tasku aku berlari meninggalkan Nila dan Dimas. Dan lagi-lagi Nila mengerjarku. Namun aku berhasil kabur dan kembali saat bel masuk berdentang. Ia sekelas denganku dan pastinya aku akan sering melihat Nila dan Dimas semakin sering berduaan. Jujur saja saat ini memang aku sedikit menyukai Dimas namun apabila mengingat Nila aku jadi ingin menhilangkan rasa itu. Selama jam pelajaran aku dan Nila berdiam diri. Tepatnya aku yang memulai. Tidak menghiraukan pertanyaannya aku berpikir itu cara yang tepat saat ini. Berulang kali ia berusaha memanggilku namun kuacuhkan. Berulang kali pula ia melempari aku kertas yang bertukiskan “Kmu marah ya ma aku.sorry. . . tapi apa salahku? Ngomong dong biar aku perbaiki dan nggak aku ulangi.” Selama jam kosong dan jam istirahat aku menghindarinya. Seminggu ini aku berhasil menghindarinya. Tanpa sekalipun menyapanya. Aku bingung,haruskah aku memberitahu Jeffry tentang hal ini.Tapi gimana bisa ngomong,cuma mau ketemu aja susah banget. Kayak mau ketemu presiden aja. Aku heran,tadi sore ada anak yang ngaku Dimas sms aku,dan dia ngajak ketemuan. Aku nggak menghiraukannya,yang pasti kerena ia selingkuhan Nila dan aku nggak pernah merasa kasih nomerku ke dia. Paling juga sms iseng jadi nggak perlu di bales. Buang-buang pulsa aja.

Hari ini aku dianter kakak cowokku namanya Denny dia kuliah di Surabaya tapi sekarang lagi libur. Aku punya satu lagi kakak cewek namanya Risya dia kuliah di Malang. Dan aku yang paling kecil. Sampe sekolah aku lihat anak baru itu di depan gerbang. Waktu aku turun dari mobil dia deketin. Dia tanya-tanya ke aku tapi aku jawab seperlunya soalnya aku masih sakit hati sama Nila. Saat istirahat Dimas ngajak aku ke kantin aku sempet kaget tapi aku curiga kenapa dia jadi perhatian sama aku padahal sebelumnya dia kemana-mana selalu sama Nila. Bahkan kemarin aku lihat mereka lagi jalan ke mal.

“Nesa,kenapa sih kamu ko tadi cuek waktu aku ajak ngomong.”

“Lagi males aja”

“Eh kmaren napa nggak bales smsku?”

“Nggak ada pulsa lagian kamu tau nomorku dari mana perasaan aku nggak pernah kasih nomorku ke kamu.”

“Oh itu dari Nila”

“Nila…?(ngapain sih tuh anak kasih nomerku) Aku ke kelas dulu ya”.

“Eh Nes…..”

Aku mau minta penjelasan ke Nila. Apa hak dia nyebarin nomerku ke orang lain.

“Nil,apa bener kamu kasih nomor aku ke Dimas? “

“Eee… iya.Emang kenapa Nes…”

“Kenapa kenapa.Apa hak kamu,kamu bukan siapa-siapa aku!!”

“Jadi kamu nggak ngaggep aku sahabatmu lagi? Kenapa apa salahku.Apa kamu marah sama aku cuma gara-gara aku ngobrol sama Dimas?”

“Ya iyalah kamu kira karena apa lagi. Inget kamu udah punya Jeffry jangan sampai dia kecewa sama kamu.’

“Aku cuma mau bantu kamu, cuma ini yang bisa aku lakukan.Cuma bisa ngedeketin kamu sama Dimas. Aku nggak sepintar kamu nyomblangin orang.”

“Apa maksud kamu nyomblangin orang?”

“Kamu kan naksir sama Dimas. Jadi aku maunya sih bantu kamu. Eh kamunya malah marah sama aku.”

“Hah?? maksud kamu?? Kamu nggak selingkuh sama dia kan?? Tapi kok kamu bisa bilang aku suka sama Dimas? Akukan nggak pernah cerita ke kamu.”

“Tapi yang penting benerkan?”

“I…iiiya sich.Ah… udah dech.”

“Eh,Nes udah dulu ya. Tuh pangeranmu udah dateng. Samperin sana.”

“ Ih… apa-apaan sich kamu.”

Emang sich akhirnya aku jadian sama Dimas. Tapi sebelum aku menjawab ya atau tidak aku kasih tahu sesuatu ke Dimas. Memang sebenarnya aku bingung harus mulai dari mana. Tapi dia mempermudah aku. Seolah-olah dia tahu apa yang ingin aku katakan. Ya aku menceritakan semua tentang sahabatnya, Jeffry padanya. Dan aku memberinya dua pilihan jawaban.Ya atau tidak. Karena jujur aku belum bisa melupakan Jeffry sepenuhnya. Aku nggak nyangka dia bisa menerima alasanku. Dan dia juga curiga karena setiap Nila dekat dengannya yang aku pandang bukan Dimastapi Jeffry. Sejak itu aku resmi pacaran sama Dimas. Dia pacar pertamaku tapi bukan cinta pertamaku. Karena cinta pertamaku Jeffry. Karena ini pertama kalinya aku pacaran Agung yang lebih banyak memulai karena aku bingung harus ngapain. Tapi lama-lama aku salut sama dia. Dia bener-bener perhatian sama aku.

Satu tahun hubungan kami. Masih seperti dulu dia tetap perhatian malah tambah perhatian. Malah ini kami berecana merayakannya dengan teman-teman. Kami mau mengadakan pesta kecil-kecilan. Saat itu gerimis tapi itu tidak membuat kami membatalkan rencana. Itu malah membuat acara semakin hidup dan kita makin romantis. Setelah pesta aku pulang diantar Dimas. Hujan tambah deras. Tiba-tiba aku lihat ada seseorang yang mendekati Agung. Ia membawa sesuatu.Aku nggak bisa lihat dengan jelas soalnya udah malem banget, dan hujan begitu deras. Aku berusaha melindungi Dimas. Aku heran kenapa tubuhku begitu ringan dan saat itu aku melihat orang yang mirip denganku ada di pelukan Dimas bersimbah darah. Aku juga melihat teman-temanku memanggil namaku NESA...Apa mereka becanda. Aku disini. Kenapa mereka tidak melihatku. Aku coba berbicara pada Dimas tapi ia tidak mendengarku. Sama juga dengan Dimas dan teman-teman yang lain. Kenapa. . . kenapa ini??????

Aku dibawa seseorang yang nggak aku kenal. Ia menjelaskan semuanya kepadaku. Walau aku nggak bisa terima tapi mau apa lagi. Ternyata aku koma. Aku melihat semuanya menangis. Hah…ayah, bunda kapan mereka akur ya. Padahal seminggu yang lalu ayah dan bunda akan bercerai. Syukurlah Tuhan terimakasih. Kau membuat mereka akur lagi. Aku harus bagaimana agar mereka tahu aku di sini. Aku ingin menghapus air mata Dimas. Ia masih bersimbah darah. Aku ingin segera kembali ke ragaku namun aku tak bisa. Aku tak bisa. Aku ingin pulang ke tengah-tengah orang yang kusayangi. Ayah, bunda, Dimas, Nila.dan Jeffry. . . . Aku ingin cepat pulang.

Akhirnya Tuhan memberikan aku kesempatan untuk tinggal di dunia lebih lama lagi. Setelah lima bulan aku koma,aku sadar. Yang ku lihat pertama kali Dimas. Yang masih tidur di kursi dekat ranjangku. Tangannya menggenggam jemari pucat dan dingin. Dengan setengah sadar aku berusaha menggerakkan jariku. Dia terkejut. Berteriak,menciumku. Ia kelihatan amat sangat bingung. Rasanya aku ingin tertawa tapi itu masih terlalu berat untukku. Dokter datang dan semua pergi meninggalkanku. Setelah dokter keluar semuanya berhamburan masuk. Ayah, Bunda, Dimas, dan Nila Mereka semua menangis. Aku tak tahu apa penyebabnya. Tapi yang pasti terima kasih karena Tuhan belum tertarik membawa nyawaku ke neraka dan memberiku kesempatan kedua.

Hari ini aku pulang setelah satu bulan aku dirawat. Aku pulang kerumahku yang penuh kenangan. Aku bersama semuanya. Aku bahagia karena sema berkumpul dan berbahagia di sekitarku. Tapi aku tahu ada yang berserdih karena harus meringkuk di penjara. Aku nggak nyangka tenyata Jeffry yang menusukku. Aku sama sekali nggak nyangka. Padahal dia cinta pertama sekaligus mungkin cinta sejatiku. Karena walau aku pacaran dengan Dimas namun di lubuk hati terdalamku nama Jeffry belum dapat kuhapus, hanya kututupi saja dengan yang lain. Selain itu, Jeffry yang aku kenal adalah anak pendiam, sopan, alim, dan tertutup.Aku tak tahu dan tak mau tahu alasannya.Yang pasti hukum harus ditegakkan nggak peduli siapa dia. Yang kutahu saat ini aku sudah membencinya. Mulai minggu depan aku mulai sekolah lagi. Aku sudah terlalu banyak ketinggalan pelajaran. Selama seminggu aku hanya diam di kamar. Aku belum boleh banyak jalan-jalan. Aku sangat bersyukur karena sampai saat ini Dimas belum mengeluarkan satu kata yang amat kutakuti dan aku berharap kata itu takkan pernah keluar dari mulutnya.Ya PUTUS adalah kata yang paling ku takuti mungkin juga semua orang.

Hari-hari kulalui dengan tawa. Aku berusaha menghilangkan semua kenangan tentang kejadian beberapa bulan lalu. Aku sudah lulus sekolah. Ya walaupun dengan nilai pas-pasan.A ku harus puas. Hari ini aku merayakan kelulusan dengan teman-teman. Rencananya tepat peringatan 2 tahunaku dan Agung pacaran aku akan bertunangan dengannya. Kalau itu jadi berarti tinggal sekitar 3 bulan lagi. Bunda sudah heboh nyariin kebaya. Ayah nggak kalah heboh memesan undangan. Seneng juga lihat mereka bisa akur. Rumahku yang semula sepi jadi rame banget. Sepupu dekatku kak Dhini yang udah nikah dan tinggal di Jakarta dateng ngajak suami dan anak kembarnya Tiara dan Fiara. Trus adiknya kak Dhini, kak Satrio yang kuliah di Darwin pulang. Pokoknya semua ikut heboh. Padahal baru tunangan gimana nanti kalo mau nikah? Tapi seneng juga. Sampai sekarang aku belum memutuskan mau kuliah ke mana. Tapi menurut bunda sama ayah aku mending nggak usah kuliah dulu,sekalian mulihin kondisiku. Kalau Dimas udah daftar ke jurusan kedokteran.Sesuai cita-citanya dari dulu. Aku sih kayaknya ke jurusan psikologi. Soalnya itu emang cita-citaku sejak SMP.

Hari ini aku udah rapi. Pake kebaya warna putih. Warna yang melambangkan kesucian. Beberapa jam lagi Dimas bakalan dateng sama keluarganya. Ya,hari ini aku bakal tunangan sama Dimas, karena hari ini tepat 2 tahun hubungan kami. Aku udah nggak sabar nunggu. Sambil nunggu aku duduk di pinggir kolam. Aku ngerenungin kejadian-kejadian yang udah aku alami. Aku akan berjanji akan tetap mencintai dia, dan yang pasti akan membuang semua kenanganku sama Jeffry. Aku harus membenci cinta pertamaku. Nggak terasa air mataku membasahi pipiku.Tiba-tiba kak Dhini mengagetkanku.

“Knapa Nes? Apa kamu nggak mencintai Dimas?”

“Nggak, bukan karena itu. Cuma rasanya berat banget ngelupain Cinta pertamaku.”

“Jeffry?”

“Lho kakak masih ingat?”

“Bukan hanya karena kamu dulu pernah cerita ke kakak. Tapi waktu kamu koma yang kamu sebut-sebut namanya bukan Dimas tapi Jeffry. Kami semua sempat kaget. Tapi untung Dimas udah ngerti dan berhasil meyakinkan ayah dan Bundamu.”

“Hahhh ……masak sih kak?’

“Iya sejak saat itu kakak yakin sebenarnya walau kelihatannya kamu bisa ngelupain Jeffry, bahkan tampak sangat amat membencinya. Tapi kakak yakin sebenarnya jauh di lubuk hatimu kamu sangat mencintau Jeffry kan?”

“Aku nggak tau kak. Aku sendiri masih bingung dengan kenyataan ini."

“Gini deh.sekarang kamu pikirin dulu semuanya sebelum kamu nanti mengambil keputusan.”

“Tapi kak aku udah janji sama diriku sendiri buat memilih Dimas.”

“Ya,udah kalo itu keputusanmu. Mending kamu sia-siap. Kayaknya bentar lagi Dimas dateng. Inget jangan lupa hapus dulu air matamu ya. Jangan sampai kamu keliatan abis nangis. Ok kakak ke depan dulu ya.”

Setelah itu aku coba untuk renungi keputusanku. Aku jadi semakin bimbang.Tapi akhirnya aku ambil keputusan buat nerusin tunangan ini.

Waktu Dimas dateng, aku lihat dia sangat bahagia. Dia amat sangat tampan dengan jas warna hitam dan kemeja putih. Aku jadi semakin sedih melihatnya. Tuhan bantu aku untuk mencari jalan terbaik untukku Dimas, Jeffry, dan semuanya. Saat Dimas akan memasangkan cincin ia memelukku dan berkata.

“Bila nanti aku nggak lagi ada di sampingmu,jangan pernah kamu menangisi aku.Aku nggak mau kamu nangis karena aku. Dan nanti bila aku udah nggak ada cobalah kamu membuka hati pada Jeffry lagi.”

Saat Agung memasangkan cincin emas putihnya ke jari manisku,tiba-tiba ia terjatuh di pangkuanku. Ia sempat bicara padaku.

“Aku rela seandainya kamu bersama Jeffry. karena aku yakin dia juga mencintaimu.Aku akan bahagia bila kamu bahagia.Aku cinta kamu Nes. . . .”

Dan kemudian ia tak lagi berkata ia meninggalkanku sendiri. Kenapa Dimas tega meninggalkanku sediri Dimas jahat!!!!!!Aku tak akan menepati janjiku. Aku nggak akan bisa nggak nangisin kamu dan aku sadar kalo aku benar benar membutuhkanmu. Aku sayang kamu Dimas!

Aku baru tahu kalau sebenernya Dimas terkena kelainan jantung dan sejak awal dokter bilang umur dia nggak akan lama. Dan menurut orang tuanya,sejak ia pacaran denganku dia jadi lebih ceria dan lebih bersemangat. Mereka terkejut setelah tahu bahwa Dimas tak pernah memberitahuku tentang penyakitnya.

Saat ini aku sudah mengenakan kebaya putih yang dulu aku pakai saat pertunangan ku dengan Dimas.Tapi saat ini aku bersama Jeffry,cinta pertamaku dan semoga akan menjadi cinta tertakhirku. Dalam ikatan yang suci. Pernikahan. Dalam hati aku berjanji untuk tidak melupakan Dimas untuk selamanya…


The End


Tidak ada komentar:

Posting Komentar